Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/10/cara-membuat-anti-copy-paste-di-blog.html#ixzz2AEpkYubF Nelayan Tak Berani Melaut ~ Media Tambelan | Pulau Tambelan | Seputar Pulau Tambelan Kab Bintan Provinsi Kepulauan Riau

Komentar

Selasa, 24 Juli 2012

Nelayan Tak Berani Melaut

Musim Utara, Harga Ikan Melambung
Musim tak mengenakkan bagi nelayan sudah tiba, yakni musim utara. Nelayan kini banyak memilih mendaratkan perahu dan kelong, menggulung jaring dan memilih pekerjaan lain untuk mencukupi biaya hidup.
Beberapa nelayan di Bintan ditemui, Rabu (21/12), mengaku, mereka terpaksa mendaratkan kelong dan kapal pompong karena cuaca tidak memungkinkan untuk melaut.
Sejak masuk Desember, hampir terbilang cuaca di laut tidak bersahabat. Angin kencang dan gelombang tinggi. Tak hanya itu, air juga keruh hingga membuat ikan susah didapat.
“Kalau gini, ya kita cari kerja sampinganlah. Tak mungkin kita tak kerja, nanti untuk apa pula. Ada yang kerja bangunan, atau apa saja yang dapat,” kata Dasri, seorang nelayan di Desa Teluk Bakau, Bintan.
Tampak, beberapa kapal pompong nelayan saat itu sudah mendarat dari laut. Begitu juga kelong sudah tampak berjajar di pinggir pantai. Beberapa nelayan, tampak memilih membongkar dan memperbaiki bodi kapalnya yang mungkin perlu perbaikan.
Kapal dan kelong didaratkan nelayan, selain karena tidak bisa melaut, juga untuk menjaga kondisi kapalnya agar tak retak dihantam ombak. Terlebih Kelong nelayan, bisa saja alat penangkap ikan berbentuk rumah kecil di tengah laut itu hancur terhempas ombak. Padahal, harga satu kelong mencapai puluhan juta rupiah.
“Lihat saja ombaknya. Kita di rumah ini pun kadang terasa goyang. Siapa lagi yang berani ke laut. Ini sebenarnya sudah mending dari yang kemarin,” tambah Ucok, rekan Dasri saat itu.
Dari jauh, ombak memang tampak bergulung-gulung ke pinggir pantai. Di antara ombak itu, tampak buih memutih dan suara gemuruh ombak terdengar, seperti “orang mendengkur” di waktu tidur.
Kondisi seperti ini diperkirakan nelayan akan berlanjut sampai Maret mendatang. “Ya, untuk sekadar makan, kita bisa mancinglah di pinggir pantai. Tapi kalau ke tengah laut tak berani kita,” kata Dasri.
Harga Ikan Melambung
Otomatis, karena nelayan tidak melaut, persediaan ikan di pasar pun berkurang. Akibatnya, harga ikan melambung tinggi.
Pantauan Tanjungpinang Pos di Pasar Kawal, ketersediaan ikan nyaris terbilang tidak ada. Dari beberapa lapak ikan, hanya satu pedagang ikan yang bisa berjualan. Itu pun, ikannya terbatas, hanya ikan talang.
“Udah berapa hari ini tak bisa jualan. Ini baru mau jualan ni. Ikannya pun cuma ini,’ kata Aan, seorang pedagang ikan di Pasar Kawal, Bintan, kemarin.
Ikan tongkol, selar, bilis atau lainnya yang biasa dicari ibu-ibu di pasar pun tidak ditemukan di lapak Aan. Begitu juga ikan merah, udang atau sotong. Meski, pagi harinya, tetap ada beberapa lapak lain yang menyediakan ikan itu.
Tak pelak, harga pun naik tinggi. Seorang ibu rumah tangga yang baru habis berjualan dari pasar mengaku, ikan tongkol yang biasanya dijual Rp8 ribu per kilogram sudah berubah menjadi Rp15 ribu. Bahkan, selar yang awalnya dijual Rp15 ribu sudah berubah jadi Rp22 ribu.
Udang, sudah tentu menjadi barang mahal. Kini, dibeli ibu-ibu sudah mencapai harga Rp65 ribu per kilogram. Begitu juga bilis, dari awalnya Rp37 ribu, jadi Rp50 ribu.(RASYID DAULAY)

0 komentar:

Posting Komentar

Tanjungpinang

Batam Pos » Batam